Warung Bebas

Wednesday 28 March 2012

Kiat dan Tips Menjadi Pemimpin

Kiat dan Tips Menjadi Pemimpin.Sesungguhnya, Islam tidak memandang seorang pemimpin sebagai kehormatan, melainkan sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Seorang kepala desa akan dimintai pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang terjadi di dalam desa-nya. Demikian pula dengan Camat, Bupati, Walikota, Gubernur, dan tentu saja, Presiden.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :"Setiap kamu adalam pemimpin, dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanmu itu"(HR. Bukhari ).

kiat menjadi pemimpin, tips menjadi pemimpin,Mencari Ilmu

Pemimpin pada hakekatnya adalah pelayan, karena ia harus melayani orang-orang yang ada dalam tanggung jawabnya.Berikut ini beberapa kiat dan tips menjadi pemimpin yang sholeh :
  1. Yakinilah bahwa ia adalah amanah yang ada pertanggungjawabannya, baik dalam dunia maupun nanti di akherat kelak, sehingga ia akan berhati-hati.
  2. Berusaha berlaku adil dalam mengambil keputusan, tidak memihak kemanapun kecuali kepada kebenaran dan keadilan Insya Allah akan dicintai Allah dan manusia.
  3. Konsekuen, baik menyangkut diri sendiri maupun orang lain.Jika tidak konsekuen, hanya akan melahirkan permusuhan dan ketidakpercayaan orang kepada pemimpin.
  4. Tidak menampakkan dan memamerkan kekayaan secara berlebihan, karena akan mematikan sikap simpati kepadanya.Pemimpin yang penampilannya sederhana lebih disukai oleh yang dipimpinnya.
  5. Tidak sombong dan angkuh kepada siapapun, sehingga membuat orang lain nyaman bersamanya.
  6. Lebih dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sebagai tempat menyandarkan segala perkara serta permasalahan.
Sumber : Muhasabah

Sunday 25 March 2012

Memaafkan Kesalahan

Memaafkan Kesalahan.Terkadang dalam perjalanan pertemanan ataupun sebuah persahaban kita seringkali timbul perselisihan, salah paham dan lain sebagainya.Dan sangat tidak pantas menjauhi satu atau dua kebiasaan buruk yang tidak bisa kita terima, sementara selebihnya baik.Dalam konteks ini, satu atau dua kesalahan masih dapat dimaafkan, dan kesempurnaan adalah tingkatan yang sulit dicapai.Dan memaafkan kesalahan terkadang karena ego kita sulit kita laksanakan.

Mengenai memaafkan kesalahan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Jadilah kamu pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh "
( QS. Al-A'raf : 199 )

"Bagaimana bisa Anda mengharapkan satu moralitas tertentu dari teman Anda, sementara ia terdiri dari empat tabiat jiwa saja yang merupakan bagian paling dekat dengan (setiap) manusia dan merupakan pusat kendali untuk memilih dan berkehendak, tidak bisa memberikan kendalinya itu kepada orang yang memilikinya untuk melakukan semua kehendak.Apalagi dengan jiwa orang lain ?" ( Al-Kindi, seorang filosof muslim terkenal)

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Demikianlah keadaanmu dulu, lalu Allah menganugerahkan nikmatNya atas kamu."( QS. An-Nisa : 39 ).
"Maka, janganlah kamu mengatakan dirimu suci.Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa."( QS. An-Najm : 32 ).
Cukuplah untuk menerima bagian terbesar dari tabiat saudara kita :
  • Abu Darda' mengatakan : "Mencela teman itu lebih baik daripada harus kehilangan dirinya.Siapa orangnya yang bisa mendapatkan segalanya pada diri saudaranya ?"
  • Seorang bijak bestari mengatakan : " Adanya tuntutan terhadap keadilan adalah jarangnya keadilan."
  • Yang lain mengatakan : "Kita saja tidak bisa menerima diri kita sendiri, lalu bagaimana bisa kita menerima orang lain ".
Janganlah hanya karena satu aib tersembunyi atau dosa kecil yang sebenarnya bisa ditutupi oleh kebaikannya yang lebih banyak, kita menjadi jauh dari seseorang yang pernah kita puji latar belakangnya, yang pernah kita terima kehidupannya, yang pernah kita ketahui kemuliaannya, dan yang pernah kita ketahui kemampuan berfikirnya, kita tidak memaafkan kesalahan sahabat atau teman kita sendiri

Karena kita tidak akan mendapatkan seorang pun yang sopan tanpa satu aib atau dosa.Coba kita posisikan dalam posisinya, tidakkah kita terpaksa harus melihatnya ridha dan tidak melihatnya dengan kaca mata hawa nafsu.Ketika kita menempatkan diri dalam posisinya dan menilainya, maka akan ada sesuatu yang bisa membantu mendapatkan apa yang kita inginkan.

Adanya kekurangan pada diri teman kita membuat kita menjauhi dan berburuk sangka kepadanya.Padahal, kita tidak melihat sendiri dia melakukan penyimpangan dan kemungkaran itu.Hendaklah semua kekurangan itu dialihkan ke dalam jiwa yang lapang dan damai.Sebab, orang terkadang lalai untuk memperhatikan jiwanya, bagian paling dekat dengan dirinya itu.

Dikatakan dalam butir-butir hikmah : "Jangan rusak hubunganmu dengan seorang teman oleh prasangka buruk, padahal sebelumnya engkau yakin akan kebaikannya."

Pesan Ja'far ibn Muhammad kepada anaknya : "Wahai anakku, siapa di antara teman-temanmu yang marah kepadamu sebanyak tiga kali, yang dikatakannya adalah kebenaran, maka jadikanlah ia teman."

Al-Hasan ibn Wahab pernah berkata : "Diantara hak-hak mencintai adalah memberi maaf terhadap kesalahan teman, dan menutup mata atas kekurangannya.Itu pun jika ada."

Diriwayatkan dari Ali ibn Abi Thalib r.a tentang firman Allah :
"Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik."( QS. Al-Hijr : " 85 ).
Menurut Ali, maksud ayat tersebut di atas adalah ridha dengan tanpa mencela.
"Seandainya tidak karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih ( dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya."( QS. An-Nur : 21 ).
Kita menginginkan orang yang bersih yang tak ada aib di dalamnya, apakah ada kayu yang wangi semerbak tanpa mengeluarkan asap ?
"Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci,Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An-Najm : 32 ).

Sumber : Menebar Kebaikan

Tuesday 13 March 2012

Amar Makruf Nahi Mungkar

Amar Makruf Nahi Mungkar.
Usamah ibn Zaid r.a mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
" Seseorang akan dipanggil pada hari kiamat,lalu orang itu dilempar ke neraka.Maka, usus-usus perutnya akan keluar dengan cepat.Orang itu akan berjalan berputar-putar dengan usus yang berceceran ke luar, sebagaimana seekor keledai yang mengitari tanah lapang.Para penghuni neraka lainnya berkumpul.Mereka berkata : " Hai Fulan, bukankah kamu orang yang suka melakukan amar makruf nahi mungkar ? Ia menjawab : Benar, Saya memerintahkan kebaikan, namun saya sendiri tidak melakukannya dan saya melarang kemungkaran, namun saya sendiri melakukannya."
( HR. Bukhari ), Shahih al-Bukhari,kitab al-Adab,11/273.

'Ikrimah menceritakan bahwa ada seorang laki-laki melewati sebuah pohon yang sedang disembah-sembah.Maka, ia marah besar. Ia berkata : "Pohon ini tidak layak disembah, selain Allah " Kemudian, ia mengambil kapak dan menungganggi keledainya.Ia melarikan keledainya menuju pohon tersebut, dengan tujuan untuk segera memotong pohon itu.Di tengah jalan, ia dicegah oleh Iblis yang menjelma manusia.

amar makruf nahi mungkar,Mencari Ilmu

Iblis bertanya pada orang tersebut : " Kamu mau kemana?" Orang tersebut menjawab : "Saya melihat sebuah pohon yang disembah-sembah, maka saya berniat karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala, untuk mengendarai keledaiku, mengambil kapakku, dan berlari menuju pohon itu, agar dapat segera memotongnya."

Lalu, Iblis berkata kepadanya : "Kembalilah ke rumah, saya akan memberimu uang 4 dirham setiap hari. Kamu tinggal mengangkat kasurmu setiap pagi, maka kamu akan mendapatkan uang itu." Orang itu berkata : Banarkah kamu bisa melakukan hal itu?" Iblis menjawab : "Ya, saya akan melakukan itu untukmu ." Akhirnya orang tersebut pulang kerumahnya.

Selama dua atau tiga hari, atau berhari-hari lamanya, ia dapat menikmati santunan dari iblis. Kemudian pada suatu pagi, saat ia mengangkat kasurnya, ternyata ia tidak menemukan uang dirham. Ia pun tidak lagi mendapatkan uang dirham di bawah kasurnya. Maka, setelah berfikir sejenak setelah tidak mendapatkan uang dirhamnya, ia segera mengambil kapaknya, menaiki keledainya, dan melaju menuju pohon yang disembah-sembah itu.

Iblis pun kembali mengadangnya di tengah jalan.Dalam sosok manusia, iblis bertanya : "Mau kemana kamu?" Orang itu menjawab : "Saya akan memotong pohon itu yang disembah-sembah. "

Iblis berkata kepada orang itu : "Kamu tidak akan sanggup memotongnya. Tidaklah kamu tahu, kepergianmu yang pertama karena kamu benar-benar murka karena Allah. Seandainya penduduk langit dan bumi berkumpul, maka mereka tidak akan sanggup menghalang-halangimu. Tetapi, sekarang lain. Kepergianmu kali ini didasarkan karena tuntutan nafsumu, karena kamu tidak alagi menemukan uang dirham. Seandainya kamu berani maju selangkah pun, maka saya akan menebas lehermu ."Akhirnya, orang tersebut kembali ke rumahnya dan meninggalkan pohon itu tetap tegak berdiri.

Abu al-Laits berkata : "Ketahuilah, wahai saudaraku, bagi orang yang beramar makruf, hendaknya ia memurnikan niatnya hanya karena mengharapkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan meninggikan agama Islam, jangan karena dorongan hawa nafsunya. Karena, jika amar makruf diniatkan untuk mengharap ridha Allah dan meninggikan agama Islam, maka Allah akan menolongnya dan memberikan taufik kepadanya.Namun, jika niatnya karena dorongan hawa nafsu, maka Allah akan membinasakannya. Bagi orang yang beramar makruf, hendaknya ia memerintahkan kebaikan dengan cara sembunyi-sembunyi, agar pesan dan nasihatnya dapat diterima dengan baik."

Abu al-Darda' berkata :"Siapa yang menasihati saudaranya di khalayak ramai, maka ia telah mempermalukannya. Dan, barangsiapa yang menasehati saudaranya di kala sepi,maka ia telah menghiasinya."

Umar ibn 'Abd al-Aziz berkata : "Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan menyiksa masyarakat luas, disebabkan amalan buruk segelintir orang. Hanya saja, jika kemaksiatan telah merajalela dan mereka tidak berusaha mencegahnya maka semua penduduk kota itu berhak mendapatkan siksa."

Dalam satu riwayat disebutkan : Allah Ta'ala mewahyukan kepada Yusya' ibn Nun bahwa sesungguhnya aku akan menghancurkan sebagian kaummu, sebanyak 40 ribu orang-orang baik dan 60 ribu orang jahat.Lalu, Yusya' Ibn Nun berkata : "Wahai Tuhanku, saya tidak keberatan jika Engkau menyiksa orang-orang jahat. Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang baik ?" Allah menjawab : "Sesungguhnya mereka tidak merasa takut dengan kemarahanKu. Sebaliknya, mereka ikut makan dan minum bersama orang-orang jahat."

Allah mencela orang-orang yang meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar.
Allah SWT berfirman :
"Mereka tidak saling mencegah tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu."
( QS. Al-Maidah(5) : 79 ).

Sumber : Menebar Kebaikan.