Warung Bebas

Wednesday 22 December 2010

Tubuh Berubah Menjadi Babi


Melihat azab Allah dari dekat Tubuh Berubah Menjadi Babi

Kisah ini dimulai ketika saya masih SMU. Dulu, saya adalah anak yang nakal. Sering sekali menyakiti hati orang tua sehingga membuat ibuku meneteskan air mata. Aku malas belajar dan sering bolos sekolah. Sering ngamuk di rumah, suka membuat onar dan sering berkelahi. Saya juga muak dengan segala aturan agama yang memerintah saya dengan berbagai perintah yang membosankan dan meletihkan, seperti shalat dan puasa. Saya berpikir, tidak ada gunanya shalat dan puasa. Kalau perut kita lapar, kenapa harus ditahan-tahan, sebaiknya kita makan saja.
Maka saya tidak berpuasa, walaupun pada bulan puasa. Dan aku makan semau-muanya saja. Lebih dari itu, saya ingin menyakiti hati orang tua dengan cara menabur-nabukan nasi ditengah rumah. Segala nasihat orang tua dan ustadz tidak mempan bagiku. Astagfirullahahl adzim.

Suatu malam, pukul 19.00 saya sudah terlelap tidur. Dan beberapa saat kemudian saya terbangun kembali karena terganggu oleh suara orang yang sedang mengaji. Ternyata orang yang mengaji di kamar sebelah itu adalah adik saya. Saya marah dan benci sekali kepada adik saya, karena suaranya mengganggu tidur saya. Rasanya saya ingin bangun dan memukul dia. Tapi, anehnya saya tidak mampu bangkit. Setiap kali ayat alQuran itu dikumdangkan rasanya tubuh saya panas terbakar. Benar-benar merasa panas.

Setiap adik saya menghentikan bacaannya pada akhir ayat, meredalah rasa panas itu. Tapi, setiap adik saya melanjutkan bacaannya rasa panas yang membakar itu semakin menjadi-jadi. Saya merasa tersiksa. Hal itu berlangsung sekitar 10 menit. Adik saya membaca sodaqollohuladzim. Lalu suasana jadi hening. Tubuh saya dingin kembali. Tak lama kemudian sayapun terlelap kembali. Saya tidur dengan posisi miring ke kiri.
Malam hari saya terbangun, maksud hati hendak menggeliat, merentangkan tangan untuk mengubah posisi tidur terlentang menghadap ke atas. Tapi saya sangat terkejut karena tubuh saya sulit digerakan.

Ketika saya membuka mata, saya lebih terkejut lagi karena tangan saya berubah menjadi kaki babi hutan, kaku, berbulu dan sulit digerakan. Saya melihat langsung proses perubahan itu. Ketika proses perubahan itu terjadi, rasanya sakit sekali. Setelah tangan berubah, lalu kaki sayapun terasa meregang, memanjang, bergerak sendiri, seperti sedang ditarik-tarik. Terbayang oleh saya bahwa kaki sayapun berubah seperti tangan saya yang berubah menjadi kaki babi hutan.

Saya merasa panik sekali. Lebih dari itu, dari bokong sayapun terasa ada yang keluar. Rupanya itu ekor. Tapi saya tak berdaya untuk melihatnya atau memegangnya. Tangan dan leher saya begitu kaku. Belum selesai sampai disitu, kepala saya tiba-tiba memanjang ke arah atas. Ini puncak kepanikan saya. Barulah saya sadar bahwa ini merupakan adzab dari Tuhan. Saya mencoba menjerit, tapi suara yang keluar malah “grok,..grok..�. Saya bingung. Saya ingin mengucapkan istigfar, tapi mulut saya terasa kaku.

Akhirnya saya menangis dalam hati. Ya Allah, ampunilah saya. Ampunilah saya. Saya mengaku bahwa saya telah serakah dalam hidup ini, sehingga tubuh ini berubah menjadi babi hutan. Ya Allah! Ya Allah! saya berteriak-teriak dalam hati. Kemudian saya mencoba mengucapkan kembali kata astagfirullahaladzim. Kali ini saya berhasil, walaupun berat rasanya.

Setelah istigfar terucap dari mulut saya, tubuh saya menyusut dan berubah kembali menjadi sebagaimana biasanya. Saya segera bangkit dari tempat tidur dan menangis sendirian. Saat itu tengah malam. Saya segera berwudlu dan melaksanakan shalat taubat. Usai shalat aku menengadahkan tangan. Ingin sekali berkata-kata untuk menyampaikan kata-kata penyesalan, taubat dan janji untuk tidak mengulangi. tapi waktu itu aku tidak mampu berkata-kata, hanya diam dan berlinang air mata.

Teringatlah pada dosa-dosa yang saya lakukan. Saya ingat, bagaimana saya menghabiskan makanan yang dipersiapkan ibu untuk ayah. Saya telah menghabiskan jatah makanan saya dan juga jatah makanan ayah. Saya sangat rakus, bisa makan sehari 7 sampai 10 kali. Anehnya perut saya mampu menampungnya. Saya ingat bagaimana saya menabur-naburkan nasi di tengah rumah, karena saya marah pada ibu saya yang tidak menyedikan lauk-pauk yang saya inginkan. Lalu saya menyesal dan menangis di malam itu.

Lalu saya menjadi sadar bahwa adzab Allah begitu nyata. Hukum Allah sangat nyata. Dengan demikian Allah itu juga sangat nyata. Aku menangis sejadi-jadinya, mengapa aku jadi manusia pendosa.
Karena tak pandai berkata-kata, rasa penyesalan dan taubat malam itu tak terungkap lewat kata-kata, rasa batinlah yang berbicara, mengakui kemaha kuasaan Allah, mengakui dosa dan kelemahan diri, memohon petunjuk dan ampunanNya dan sangat khawatir kalau besok lusa aku terjerumus ke dalam dosa yang sama. Aku tak tahu, apakah aku akan beristiqomah dalam beribadah kepada Allah. Apakah aku akan khusnul khotimah ataukah suul khotimah. Aku sangat khawatir.

Allah telah memperlihatkan sepercik dari adzabnya kepadaku. Akupun takut, menyerah, bersujud, memohon ampun kepadaNya. Seandainya aku selalu takut seperti itu, tentu selamatlah aku dari siksa api nereka. Tapi, aku tak tahu, apakah besok aku akan tetap merasa takut akan adzab Allah ataukah akan melupakannya?

Kenyataannya, setelah bertahun-tahun kejadian itu berlalu, aku menjadi lalai kembali dalam beribadah. Setelah aku berumah tangga, sifat-sifat keserakahan itu muncul kembali. Karena Allah memberiku kecukupan rezeki, maka aku membeli makanan apapun yang aku kehendaki. Dan aku makan sampai perutku kenyang. Dan aku banyak tidur. Lupakah aku pada adzab Allah yang diperlihatkan kepadaku sewaktu remaja dulu. Sampai akhirnya adzab Allah turun kembali. Pelipis saya bengkak. Mulut saya sulit di buka, karena rahangnya terasa sangat sakit setiap kali saya membuka mulut.

Akhirnya, makanpun terasa tak enak dan menyakitkan. Barulah saya ingat akan peristiwa dulu dan bertaubat kembali. Aku begitu kesal pada diriku sendiri, bagaimana aku menyesal, bertaubat, dan berjanji tidak akan mengulangi, tapi kemudian saya melanggar janji saya sendiri.

Aku melihat bahwa di dunia ini, banyak orang yang serakah terhadap makanan dan minuman, tapi hidup mereka tampak baik-baik saja. Padahal sesungguhnya, tidak seorangpun yang hidupnya baik-baik saja, bila mereka melakukan suatu perbuatan yang berlebih-lebihan. Kadang akhirnya setelah jatuh sakit, baru dokter bisa membuatnya mengerti bahwa sakitnya selama ini akibat dari cara makan yang salah.

Semua orang akan memperoleh akibat dari perbuatannya sendiri. Bedanya, ada yang menyadari ada juga yang tidak menyadari. Ada yang disegerakan dan ada pula yang ditangguhkan. Para ahli hikmah dapat menjelaskan hal ini secara lebih terperinci.


Sumber : myQuran.org - Komunitas Muslim Indonesia

0 comments em “Tubuh Berubah Menjadi Babi”

Post a Comment