Warung Bebas

Tuesday, 10 April 2012

Pendidikan Akhlak Untuk Anak

Pendidikan Akhlak Untuk Anak.Sungguh Islam adalah agama yang sempurna hingga pendidikan akhlak untuk anak pun diperhatikan dengan serius. Namun sangat disayangkan orangtua kebanyakan pada zaman sekarang ini jarang memperhatikan pendidikan akhlak bagi anak lantaran kesibukan mereka atau berbagai macam alasan lainnya. Prinsip yang mereka pegang adalah membahagiakan anak dengan memberikan pendidikan dan mendidik yang mereka sangka sudah baik. Namun kebahagiaan yang semacam apa yang ingin diwujudkan oleh sebagian para orangtua tersebut ?

Anak adalah buah hati setiap orang tua, dambaan disetiap keinginan orang tua serta penyejuk hati bagi keletihan jiwa orang tua. Anak tidak lahir begitu saja, anak terlahir dari buah cinta sepasang hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang merupakan amanat wajib untuk dijaga, diasuh dan dirawat dengan baik oleh orangtua yang pada akhirnya nanti akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.

pendidikan anak, pendidikan akhlak anak, akhlak, Mencari Ilmu

Pertanggung jawaban orang tua tersebut baik di dunia ataupun di akherat, namun tatkala anak sudah baligh maka mereka bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Salah satu contoh dari pertanggung jawaban tersebut adalah dengan memelihara diri dan keluarga dari api neraka :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At Tahrim: 6)

Dan hal ini dapat diwujudkan dengan memberi pendidikan kepada anak dengan pendidikan yang baik sesuai Al Qur’an dan As sunnah sebagai bekal perjalanan di dunia maupun di akherat. Sebagaimana perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu,
"Didiklah anakmu karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu."

Pendidikan tersebut banyak cabangnya satu diantaranya adalah pendidikan akhlak, akhlak anak yang baik dapat menyenangkan hati orang lain baik orangtua atau orang-orang di lingkungan. Bahkan akhlak yang sesederhana sekalipun misalnya memberikan wajah berseri saat bertemu dengan saudara muslim yang lain.Disamping ikhtiar dengan pendidikan kepada anak dengan pendidikan akhlak yang bagus hendaknya orangtua selalu mendo’akan anak-anaknya agar mereka tumbuh dengan naungan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala pula. Karena doa orangtua atas anaknya termasuk doa yang mustajab.

Semoga kita para orang tua khususnya lebih memperhatikan akan pendidikan akhlak untuk anak, karena dengan akhlak yang baik, maka Insya Allah anak nantinya bisa menjadi lebih baik lagi, baik itu dalam urusan mengenai dunianya atau pun akheratnya.

Friday, 6 April 2012

Kewajiban Shalat Berjamaah

Kewajiban Shalat Berjamaah.Kita tahu banyak sekali faedah dalam shalat berjama’ah, yang paling jelasnya adalah adanya sikap saling mengenal dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa, saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran untuk terus mengamalkannya.

Allah sering sekali menyebut tentang shalat dalam Al Qur’an. Dan juga membuat masalahnya besar. Allah menyuruh untuk menjaganya dan menunaikannya dengan berjama’ah. Allah mengabarkan bahwa sikap meremehkannya dan bermalas-malas menunaikannya termasuk sifat orang munafik.

Allah berfirman dalam Kitab-Nya yang Jelas :
"Jagalah shalat-shalat dan shalat wustha. Dan berdirilah (kalian semua) karena Allah (dalam shalat) dengan khusyu’."
( Al Baqarah: 238 )

Bagaimana seseorang akan dianggap "menjaga" shalat-shalat tersebut dan mengagungkannya, bila kenyataannya dia tidak mau menunaikannya bersama saudara-saudaranya dan meremehkannya. Allah Ta’ala berfirman:
"Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat serta ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’."
( Al Baqarah:43 )

wajibnya shalat jama'ah,kewajiban shalat jama'ah,Mencari Ilmu

Ayat yang mulia ini menegaskan bahwa wajibnya shalat dengan berjama’ah. Dan bersama-samanya orang yang shalat dalam shalat mereka. Kalau maksudnya hanya menegakkannya saja, tentu tidak akan sesuai dengan akhir ayatnya, yaitu: Ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” Karena pada Allah memerintahkan untuk menegakkannya di awal ayat.

Jadi menunaikan shalat dengan berjama’ah adalah termasuk perkara wajib yang sangat penting. Dan tidak boleh bagi seorang pun untuk terlambat darinya. Dalam shahih Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
"Saya sangat ingin agar ada yang memimpin pelaksanaan shalat, kemudian saya pergi bersama beberapa orang sambil membawa kayu bakar mendatangi rumah-rumah orang yang tidak mengikuti shalat berjama’ah, kemudian kubakar rumah mereka."

Maka kewajiban shalat berjama’ah ini atas setiap muslim untuk mejaganya pada waktunya dan menegakkannya seperti yang disyari’atkan Allah. Dan agar menunaikannya bersama saudara-saudaranya dengan kewajiban shalat berjama’ah di rumah-rumah Allah. Sebagai sikap taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta sebagai sikap waspada dari kemurkaan Allah dan sakitnya hukuman-Nya.

Dalam melaksanakan shalat berjamaah ini kita juga bisa memberikan semangat kepada orang-orang yang suka meninggalkannya, memberitahu kepada yang tidak mengetahuinya, menjauhi jalan mereka, menampakkan simbol-simbol Allah diantara hamba-Nya, mengajak kepada Allah dengan ucapan dan amalan dan banyak lagi faedah yang lainnya.

Tuesday, 3 April 2012

Tanggung Jawab Seorang Ayah

Tanggung Jawab Seorang Ayah.Melanjutkan artikel yang terakhir di Mencari Ilmu yaitu tentang durhaka kepada orang tua maka kali ini postingannya juga tidak jauh berbeda dengan di atas yaitu mengenai tanggung jawab seorang ayah.

Mengurus anak-anak serta juga dalam hal pendidikannya adalah merupakan amanah yang telah Allah Allah Ta'ala berikan kepada para ayah.Karena hal tersebutlah ayah adalah pemimpin dan juga sebagai penanggung jawab atas keadaan mereka.Dan sebuah kewajiban bagi ayah dalam hal menasehati anak-anak dalam hal kebaikan serta juga menjadikan pendidikan serta perbaikan mereka merupakan pekerjaan dan urusannya yang paling utama dan juga penting.
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut."
(HR. Al-Bukhari no. 844 dan Muslim no. 1829)

tanggung jawab seorang ayah,ayah,Mencari Ilmu

Satu hal yang penting yang tidak boleh dilalaikan adalah bahwa tanggung jawab ayah pada anaknya bukan hanya dalam memenuhi kebutuhan jasad dari anaknya yang berupa makanan serta pakaian saja dan tidak memperhatikan akan kebutuhan ruhani daripada anak-anak.Bila kebutuhan ruhani bagi anak-anak ini dilalaikan, maka ayah tersebut akan menyesal pada akhirnya baik di dunia ataupun di akhirat ketika dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang telah Allah Ta'ala bebankan kepadanya.

Tidak dapat dipungkiri bagi hati kita para orang tua bahwa memenuhi kebutuhan ruhani anak-anak yang berupa keimanan dan amal saleh ini jauh lebih penting daripada memenuhi kebutuhan jasadnya.Oleh karena itu Allah Ta’ala dalam Al-Qur`an tidak pernah memerintahkan para ayah untuk melindungi anaknya dari panasnya terik matahari atau dari panasnya rasa lapar, akan tetapi justru Allah memerintahkan mereka untuk melindungi anak-anak mereka dari api neraka.

Karenanya Allah Ta’ala mengingatkan bahwa kecintaan kepada anak-anak jangan sampai membuat mereka mencelakai anak-anak mereka sendiri, karena anak-anak itu hanya merupakan ujian bagi mereka. Dengan alasan kasih sayang, dia tidak mau menyuruh anaknya shalat padahal dia sudah berumur 7 tahun, tidak mau memukulnya jika tidak mau shalat padahal anaknya sudah berumur 10 tahun.
Allah Ta’ala berfirman :
"Sesungguhnya harta-harta kalian dan anak-anak kalian tidak lain kecuali ujian."
(QS. At-Taghabun: 15)
Hendaknya para ayah mengingat bahwa sikap keras sesekali kepada anak dan gemblengan keagamaan yang benar kepada mereka walaupun merupakan amalan yang berat dan melelahkan akan tetapi amalan ini termasuk dari penentu nasibnya di akhirat kelak. Jika dia berhasil maka dia akan bisa menjawab pertanyaan Allah kepadanya tentang tanggung jawabnya, dan dia senantiasa mendapatkan limpahan pahala dan keutamaan sampai walaupun dia telah meninggal, karena adanya doa dan amal saleh dari anak-anaknya.

Tapi sebaliknya jika dia gagal dalam amalan ini karena keteledoran dia atau sikap acuh tak acuh dia terhadap pendidikan keagamaan anaknya, maka dia akan menyesal pada hari kiamat tatkala dia tidak bisa menjawab pertanyaan Allah terhadapnya yang akan menyebabkan dia diharamkan untuk masuk ke dalam surga, wal ‘iyadzu billah.
Allah Ta’ala berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu."
(QS. At-Tahrim: 6)

Dan semoga apa yang menjadi tanggung jawab seorang ayah ini akan bisa dilaksanakan oleh para ayah yang menginginkan kebaikan dunia akhirat bagi para anak-anaknya.

Sunday, 1 April 2012

Durhaka Kepada Orang Tua

Durhaka Kepada Orang Tua.Islam telah mensyariatkan bahwa orang tua memiliki porsi tertinggi untuk diberikan pelayanan oleh seorang anak. Oleh karena itu, membuat kedua orang tua menangis adalah salah satu larangan yang harus dijauhi.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Ada seseorang yang datang kepada Rasulullah seraya berkata, ‘Saya datang demi berbaiat kepadamu untuk berhijrah, namun saya meninggalkan kedua orang tuaku menangis.’ Maka, Rasulullah bersabda, ‘Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau membuat keduanya menangis.’”
(HR. Abu Dawud).

durhaka kepada orang tua,jangan durhaka,Mencari Ilmu

Orang tua kita merupakan sebab lahirnya kita di dunia ini. Oleh karena itu, perhatikanlah bahwa Allah telah menunjukkan besarnya hak orang tua dengan menggandengkan antara perintah untuk berbuat baik kepada keduanya dengan perintah untuk bertauhid kepada-Nya, sebagaimana dalam potongan surat Luqman, ayat 14 berikut ini, yang artinya. “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu.” Dengan demikian, melakukan kedurhakaan kepada orang tua merupakan perbuatan keji dan termasuk dosa besar yang diancam dengan siksa neraka.

Dari Thoisalah rahimahullah, bahwasannya Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepadanya,” Apakah engkau takut masuk dalam neraka?”. Aku berkata, “Iya”. Ia berkata, “Dan apakah engkau ingin masuk dalam surga?”. Aku berkata, “Iya” Ia berkata, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”. Aku berkata, “Ibuku bersamaku”. Ia berkata, “Demi Allah jika engkau lembut tatkala berbicara dengannya dan engkau memberi makan kepadanya maka engkau sungguh akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar”
(Tafsir Ath-Thabari).

Durhaka kepada orang tua adalah termasuk dalam salah satu dosa besar yang harus kita hindari.Hal ini tercentum dalam salah satu sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dosa-dosa besar adalah berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa serta sumpah palsu.”
(HR. Bukhari).
Yang perlu digaris bawahi dari hadist diatas adalah bahwasannya Rasulullah menempatkan dosa durhaka kepada orang tua setelah dosa syirik, dan sebelum dosa membunuh jiwa. Maka, bisa kita bayangkan betapa besar dosa durhaka kepada orang tua ini.

Wednesday, 28 March 2012

Kiat dan Tips Menjadi Pemimpin

Kiat dan Tips Menjadi Pemimpin.Sesungguhnya, Islam tidak memandang seorang pemimpin sebagai kehormatan, melainkan sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Seorang kepala desa akan dimintai pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang terjadi di dalam desa-nya. Demikian pula dengan Camat, Bupati, Walikota, Gubernur, dan tentu saja, Presiden.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :"Setiap kamu adalam pemimpin, dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanmu itu"(HR. Bukhari ).

kiat menjadi pemimpin, tips menjadi pemimpin,Mencari Ilmu

Pemimpin pada hakekatnya adalah pelayan, karena ia harus melayani orang-orang yang ada dalam tanggung jawabnya.Berikut ini beberapa kiat dan tips menjadi pemimpin yang sholeh :
  1. Yakinilah bahwa ia adalah amanah yang ada pertanggungjawabannya, baik dalam dunia maupun nanti di akherat kelak, sehingga ia akan berhati-hati.
  2. Berusaha berlaku adil dalam mengambil keputusan, tidak memihak kemanapun kecuali kepada kebenaran dan keadilan Insya Allah akan dicintai Allah dan manusia.
  3. Konsekuen, baik menyangkut diri sendiri maupun orang lain.Jika tidak konsekuen, hanya akan melahirkan permusuhan dan ketidakpercayaan orang kepada pemimpin.
  4. Tidak menampakkan dan memamerkan kekayaan secara berlebihan, karena akan mematikan sikap simpati kepadanya.Pemimpin yang penampilannya sederhana lebih disukai oleh yang dipimpinnya.
  5. Tidak sombong dan angkuh kepada siapapun, sehingga membuat orang lain nyaman bersamanya.
  6. Lebih dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sebagai tempat menyandarkan segala perkara serta permasalahan.
Sumber : Muhasabah

Sunday, 25 March 2012

Memaafkan Kesalahan

Memaafkan Kesalahan.Terkadang dalam perjalanan pertemanan ataupun sebuah persahaban kita seringkali timbul perselisihan, salah paham dan lain sebagainya.Dan sangat tidak pantas menjauhi satu atau dua kebiasaan buruk yang tidak bisa kita terima, sementara selebihnya baik.Dalam konteks ini, satu atau dua kesalahan masih dapat dimaafkan, dan kesempurnaan adalah tingkatan yang sulit dicapai.Dan memaafkan kesalahan terkadang karena ego kita sulit kita laksanakan.

Mengenai memaafkan kesalahan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Jadilah kamu pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh "
( QS. Al-A'raf : 199 )

"Bagaimana bisa Anda mengharapkan satu moralitas tertentu dari teman Anda, sementara ia terdiri dari empat tabiat jiwa saja yang merupakan bagian paling dekat dengan (setiap) manusia dan merupakan pusat kendali untuk memilih dan berkehendak, tidak bisa memberikan kendalinya itu kepada orang yang memilikinya untuk melakukan semua kehendak.Apalagi dengan jiwa orang lain ?" ( Al-Kindi, seorang filosof muslim terkenal)

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
"Demikianlah keadaanmu dulu, lalu Allah menganugerahkan nikmatNya atas kamu."( QS. An-Nisa : 39 ).
"Maka, janganlah kamu mengatakan dirimu suci.Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa."( QS. An-Najm : 32 ).
Cukuplah untuk menerima bagian terbesar dari tabiat saudara kita :
  • Abu Darda' mengatakan : "Mencela teman itu lebih baik daripada harus kehilangan dirinya.Siapa orangnya yang bisa mendapatkan segalanya pada diri saudaranya ?"
  • Seorang bijak bestari mengatakan : " Adanya tuntutan terhadap keadilan adalah jarangnya keadilan."
  • Yang lain mengatakan : "Kita saja tidak bisa menerima diri kita sendiri, lalu bagaimana bisa kita menerima orang lain ".
Janganlah hanya karena satu aib tersembunyi atau dosa kecil yang sebenarnya bisa ditutupi oleh kebaikannya yang lebih banyak, kita menjadi jauh dari seseorang yang pernah kita puji latar belakangnya, yang pernah kita terima kehidupannya, yang pernah kita ketahui kemuliaannya, dan yang pernah kita ketahui kemampuan berfikirnya, kita tidak memaafkan kesalahan sahabat atau teman kita sendiri

Karena kita tidak akan mendapatkan seorang pun yang sopan tanpa satu aib atau dosa.Coba kita posisikan dalam posisinya, tidakkah kita terpaksa harus melihatnya ridha dan tidak melihatnya dengan kaca mata hawa nafsu.Ketika kita menempatkan diri dalam posisinya dan menilainya, maka akan ada sesuatu yang bisa membantu mendapatkan apa yang kita inginkan.

Adanya kekurangan pada diri teman kita membuat kita menjauhi dan berburuk sangka kepadanya.Padahal, kita tidak melihat sendiri dia melakukan penyimpangan dan kemungkaran itu.Hendaklah semua kekurangan itu dialihkan ke dalam jiwa yang lapang dan damai.Sebab, orang terkadang lalai untuk memperhatikan jiwanya, bagian paling dekat dengan dirinya itu.

Dikatakan dalam butir-butir hikmah : "Jangan rusak hubunganmu dengan seorang teman oleh prasangka buruk, padahal sebelumnya engkau yakin akan kebaikannya."

Pesan Ja'far ibn Muhammad kepada anaknya : "Wahai anakku, siapa di antara teman-temanmu yang marah kepadamu sebanyak tiga kali, yang dikatakannya adalah kebenaran, maka jadikanlah ia teman."

Al-Hasan ibn Wahab pernah berkata : "Diantara hak-hak mencintai adalah memberi maaf terhadap kesalahan teman, dan menutup mata atas kekurangannya.Itu pun jika ada."

Diriwayatkan dari Ali ibn Abi Thalib r.a tentang firman Allah :
"Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik."( QS. Al-Hijr : " 85 ).
Menurut Ali, maksud ayat tersebut di atas adalah ridha dengan tanpa mencela.
"Seandainya tidak karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih ( dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya."( QS. An-Nur : 21 ).
Kita menginginkan orang yang bersih yang tak ada aib di dalamnya, apakah ada kayu yang wangi semerbak tanpa mengeluarkan asap ?
"Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci,Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An-Najm : 32 ).

Sumber : Menebar Kebaikan

Tuesday, 13 March 2012

Amar Makruf Nahi Mungkar

Amar Makruf Nahi Mungkar.
Usamah ibn Zaid r.a mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
" Seseorang akan dipanggil pada hari kiamat,lalu orang itu dilempar ke neraka.Maka, usus-usus perutnya akan keluar dengan cepat.Orang itu akan berjalan berputar-putar dengan usus yang berceceran ke luar, sebagaimana seekor keledai yang mengitari tanah lapang.Para penghuni neraka lainnya berkumpul.Mereka berkata : " Hai Fulan, bukankah kamu orang yang suka melakukan amar makruf nahi mungkar ? Ia menjawab : Benar, Saya memerintahkan kebaikan, namun saya sendiri tidak melakukannya dan saya melarang kemungkaran, namun saya sendiri melakukannya."
( HR. Bukhari ), Shahih al-Bukhari,kitab al-Adab,11/273.

'Ikrimah menceritakan bahwa ada seorang laki-laki melewati sebuah pohon yang sedang disembah-sembah.Maka, ia marah besar. Ia berkata : "Pohon ini tidak layak disembah, selain Allah " Kemudian, ia mengambil kapak dan menungganggi keledainya.Ia melarikan keledainya menuju pohon tersebut, dengan tujuan untuk segera memotong pohon itu.Di tengah jalan, ia dicegah oleh Iblis yang menjelma manusia.

amar makruf nahi mungkar,Mencari Ilmu

Iblis bertanya pada orang tersebut : " Kamu mau kemana?" Orang tersebut menjawab : "Saya melihat sebuah pohon yang disembah-sembah, maka saya berniat karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala, untuk mengendarai keledaiku, mengambil kapakku, dan berlari menuju pohon itu, agar dapat segera memotongnya."

Lalu, Iblis berkata kepadanya : "Kembalilah ke rumah, saya akan memberimu uang 4 dirham setiap hari. Kamu tinggal mengangkat kasurmu setiap pagi, maka kamu akan mendapatkan uang itu." Orang itu berkata : Banarkah kamu bisa melakukan hal itu?" Iblis menjawab : "Ya, saya akan melakukan itu untukmu ." Akhirnya orang tersebut pulang kerumahnya.

Selama dua atau tiga hari, atau berhari-hari lamanya, ia dapat menikmati santunan dari iblis. Kemudian pada suatu pagi, saat ia mengangkat kasurnya, ternyata ia tidak menemukan uang dirham. Ia pun tidak lagi mendapatkan uang dirham di bawah kasurnya. Maka, setelah berfikir sejenak setelah tidak mendapatkan uang dirhamnya, ia segera mengambil kapaknya, menaiki keledainya, dan melaju menuju pohon yang disembah-sembah itu.

Iblis pun kembali mengadangnya di tengah jalan.Dalam sosok manusia, iblis bertanya : "Mau kemana kamu?" Orang itu menjawab : "Saya akan memotong pohon itu yang disembah-sembah. "

Iblis berkata kepada orang itu : "Kamu tidak akan sanggup memotongnya. Tidaklah kamu tahu, kepergianmu yang pertama karena kamu benar-benar murka karena Allah. Seandainya penduduk langit dan bumi berkumpul, maka mereka tidak akan sanggup menghalang-halangimu. Tetapi, sekarang lain. Kepergianmu kali ini didasarkan karena tuntutan nafsumu, karena kamu tidak alagi menemukan uang dirham. Seandainya kamu berani maju selangkah pun, maka saya akan menebas lehermu ."Akhirnya, orang tersebut kembali ke rumahnya dan meninggalkan pohon itu tetap tegak berdiri.

Abu al-Laits berkata : "Ketahuilah, wahai saudaraku, bagi orang yang beramar makruf, hendaknya ia memurnikan niatnya hanya karena mengharapkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan meninggikan agama Islam, jangan karena dorongan hawa nafsunya. Karena, jika amar makruf diniatkan untuk mengharap ridha Allah dan meninggikan agama Islam, maka Allah akan menolongnya dan memberikan taufik kepadanya.Namun, jika niatnya karena dorongan hawa nafsu, maka Allah akan membinasakannya. Bagi orang yang beramar makruf, hendaknya ia memerintahkan kebaikan dengan cara sembunyi-sembunyi, agar pesan dan nasihatnya dapat diterima dengan baik."

Abu al-Darda' berkata :"Siapa yang menasihati saudaranya di khalayak ramai, maka ia telah mempermalukannya. Dan, barangsiapa yang menasehati saudaranya di kala sepi,maka ia telah menghiasinya."

Umar ibn 'Abd al-Aziz berkata : "Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan menyiksa masyarakat luas, disebabkan amalan buruk segelintir orang. Hanya saja, jika kemaksiatan telah merajalela dan mereka tidak berusaha mencegahnya maka semua penduduk kota itu berhak mendapatkan siksa."

Dalam satu riwayat disebutkan : Allah Ta'ala mewahyukan kepada Yusya' ibn Nun bahwa sesungguhnya aku akan menghancurkan sebagian kaummu, sebanyak 40 ribu orang-orang baik dan 60 ribu orang jahat.Lalu, Yusya' Ibn Nun berkata : "Wahai Tuhanku, saya tidak keberatan jika Engkau menyiksa orang-orang jahat. Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang baik ?" Allah menjawab : "Sesungguhnya mereka tidak merasa takut dengan kemarahanKu. Sebaliknya, mereka ikut makan dan minum bersama orang-orang jahat."

Allah mencela orang-orang yang meninggalkan amar makruf dan nahi mungkar.
Allah SWT berfirman :
"Mereka tidak saling mencegah tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu."
( QS. Al-Maidah(5) : 79 ).

Sumber : Menebar Kebaikan.